Systems thinking dapat dikatakan sebagai disiplin yang muncul untuk memahami situasi
kompleksitas dan perubahan. Systems thinking memandang organisasi
sebagai keseluruhan dan fokusnya pada kesaling-bergantungan dan keterkaitan
antara berbagai departemen, fungsi, dan divisi dan bagaimana mereka berpengaruh
pada masing-masing dan keseluruhan organisasi. Untuk dapat memahami apa itu systems thinking, Maani (Trilestari,
2008) membagi systems thinking
tersebut ke dalam tiga dimensi, yaitu: (1) sebagai paradigma, (2) bahasa, dan
(3) metodologi.
Sebagai
suatu paradigma, systems thinking
merupakan suatu cara berpikir dan cara menjelaskan hubungan dinamik yang
mempengaruhi perilaku sistem. Paling tidak menurut Richmond (1993) diperlukan
tujuh keahlian cara berpikir untuk dapat memahaminya sebagai suatu paradigma,
yaitu: (1) berpikir dinamik, (2) berpikir kausalitas, (3) berpikir generik, (4) berpikir struktural, (5) berpikir
operasional, (6) berpikir kontinum, dan (7) berpikir ilmiah.
Sebagai
sebuah bahasa, systems thinking dapat
dianggap sebagai sebuah bahasa untuk mengkomunikasikan kompleksitas dan
kesaling-bergantungan atau menyediakan suatu perangkat untuk memahami
kompleksitas dan dinamika dalam pembuatan keputusan (Goldman, 1995).
Sebagai metodologi, systems thinkingberisi sekumpulan perangkat dan teknologi pemodelan
dan pembelajaran. Perangkat-perangkat pemodelan ini dapat digunakan untuk
memahami struktur suatu sistem, keterkaitan antar komponennya, dan bagaimana
perubahan-perubahan dalam suatu area akan mempengaruhi keseluruhan sistem dan
bagian-bagiannya selama berjalannya waktu. Dengan demikian, model-model ini
dapat digunakan untuk mengukur dan memprediksikan perilaku sistem, demikian
juga dengan memberikan fasilitas dan mempercepat pembelajaran kelompok.
Secara
garis besar, perangkat systems thinking
dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu (1) perangkat pemodelan kualitatif
dan (2) perangkat pemodelan kuantitatif (Kondratenko, 2003; Schuster, 2003).
Perangkat pemodelan kualitatif merupakan perangkat yang digunakan untuk
melakukan strukturisasi dan mempelajari suatu sistem, termasuk didalamnya
diagram simpal kausal, perangkat Soft
Systems Methodology, dan Magnetic
Hexagon. Meskipun
masing-masing dari perangkat ini dirancang secara sendiri-sendiri, akan tetapi
perangkat-perangkat tersebut dapat digunakan secara kombinasi untuk mendapatkan
wawasan yang lebih dalam dalam perilaku dinamiknya.
infonya sangat bermanfaat
BalasHapusobeng samsung plus